Perjalanan
mengunjungi para multiplikator di dua pulau yakni pulau Alor dan Sumba memberikan
kesan bagi pengurus yang berkesempatan bertemu dengan mereka. Berikut adalah
catatan dan kesan dari Pdt. (Emiritus) Bambang Sumbodo, S.Th., M.Min setelah
melihat lapangan dan bertemu langsung.
Sosok anak muda ini wajahnya angker, tetapi memiliki hati lembut bak salju. Anak
muda itu bernama Petrus
Maure. Petrus adalah
seorang sarjana komputer dari perguruan tinggi di Yogyakarta. Pergumulan
hidup dan
batin menjadi multiplikator dan menjadi
dirinya sendiri tidaklah
mudah karena orang tua Petrus yang
tinggal di Kupang menghendaki anaknya menjadi
pegawai negeri. Orang tua sudah membiayai
studi dengan susah
payah agar anaknya
menjadi pegawai negeri, tetapi Petrus merasa tidak terpanggil untuk menjadi pegawai, ia
ingin berbuat sesuatu untuk anak-anak juga kaum muda agar tidak tertinggal
menghadapi masa depan dengan membuat kelompok belajar bahasa Inggris bersama anak-anak muda lainnya
di dua pedesaan. Yang pertama di Naila dan
yang kedua di Pasi. Kelompok belajar bahasa Inggris di Naila dinamakan ‘Lakatul’ yang
berarti tidak ada yang tersembunyi, dipimpin nona
Marlis Mutiara Maure, seorang
sarjana perikanan. Kelompok
belajar di Pasi dipimpin oleh Yusuf Tande, seorang sarjana Bahasa
Inggris. Kelompok belajar ini diberi nama
Air Mancur.
Petrus sosok figur pekerja keras seperti tidak mengenal lelah kalau orang Jawa menyebut ‘wong sing ora duwe udel’ (orang yang tidak punya pusar) seperti kuda tidak punya puser yang menjadi tolak ukur kekuatan (PK). Selain merintis kursus Bahasa Inggris bersama teman-teman aktivis di Alor, Petrus juga mengumpulkan para pemuda dan mahasiswa untuk dilatih membuat sablon kreatif dan produk kerajinan berbahan lokal, serta ada galeri utuk memasarkan sehingga pemuda yang belum mempunyai pekerjaan bisa ada kegiatan yang menghasilkan. Di samping itu juga ada kelompok diskusi untuk mendiskusikan apa yang berkembang dan sedang terjadi di tengah masyarakat seperti Pilkada, lingkungan hidup, dunia pertanian, tanah berbatu juga sosial politik dan ekonomi sehingga para anak muda tahu dan nantinya tidak menjadi korban ketidak-tahuan dengan menghadirkan orang-orang yang berkompeten di bidangnya masing-masing tanpa lupa untuk melestarikan peninggalan budaya.
Kiranya dengan rintisan awal yang baru dimulai Juli 2020 ini ini bisa berlanjut untuk menjadikan generasi muda khususnya pemuda gereja menjadi perintis perubahan yang lebih maju khususnya dalam pewartaan kasih Allah kepada manusia.
Komentar
Posting Komentar