(Komunitas Belajar Air Mancur English Course, Alor)
Oleh: Yusuf Tande
Di penghujung April tahun 2021 ini, tepatnya Jumat, 30
April 2021, tidak terasa sudah 1 tahun perjalanan Air Mancur English Course
(AMEC) yang berada di desa Air Mancur, kecamatan Alor Timur Laut, kabupaten
Alor, sekitar 40 km dari kota Kalabahi ke arah timur. AMEC mendampingi
anak-anak dalam komunitas belajar bahasa Inggris. Satu tahun memberi pengalaman
suka dan duka dalam menumbuhkan semangat belajar dan mencerdaskan anak bangsa
di desa yang jauh dari kemajuan pendidikan dan akses teknologi serta hiruk-pikuk
kota.
Komunitas
Belajar Bahasa Inggris Air Mancur (KB-AMEC) lahir dan tumbuh karena memiliki
keterpanggilan sebagai warga aktif dalam menjangkau anak-anak di pedesaan dan
memperkenalkan pentingnya pendidikan di desa khususnya pendidikan Bahasa
Inggris sebagai bahasa Internasional. Di samping itu juga, mengembangkan budaya
kebahasaan, yaitu bahasa daerah atau bahasa ibu sebagai bahasa pertama dalam
mempertahankan punahnya budaya bahasa daerah atau bahasa ibu.
Komunitas ini telah memasuki 1 tahun lebih dengan jumlah anak 30 orang dari tingkat SD, SMP dan SMA. Mereka berasal dari di desa Air Mancur dan desa sebelah, yaitu desa Kamot sekitar 2 kilometer dari desa Air Mancur yang mereka tempuh dengan berjalan kaki pulang pergi melewati perbukitan. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dari keluarga petani yang menggantungkan kehidupan dari hasil kebun dan ladang mereka, namun tidak menghalangi semangat mereka untuk belajar bahasa Inggris seminggu dua kali Jumat dan Minggu sore menggunakan salah satu ruangan SD di kampung Tipiting.
Gagasan Yusuf
Tande, S.Pd bersama Alon A. Tande, S.Pd merintis gerakan komunitas ini berawal
dari komitmen menjadi ‘Warga Aktif’ melakukan sesuatu yang positif untuk
kampung halaman, meskipun sebagian anak muda lain lebih memilih tetap tinggal
dan bekerja di kota. Komunitas ini telah melewati suka dan duka dalam mendidik
dan mencerdaskan anak-anak di desa dengan metode-metode belajar yang
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak.
Memperjuangkan pendidikan anak-anak di desa bukanlah hal mudah, dan ini dilakukan bukan untuk mendapat pujian. Anak-anak harus belajar demi diri mereka, mengembangkan talenta yang tersembunyi, dan menggantungkan mimpi setinggi mungkin untuk kemajuan. AMEC ada di desa Salem, Pasi dan bersama komunitas kecil ini, kerjasama dengan semua pihak yang disebut 3 batu tungku yang mencakup Pemerintah, Gereja dan Masyarakat (orang tua) terus dilakukan.
Di penghujung bulan ini, AMEC terus berbenah, berbenah dengan tempat belajar kami, dengan fasilitas-fasilitas penunjang belajar, juga metode-metode pengajaran yang sesuai kebutuhan anak agar bisa mengasah ilmu dan mengejar mimpi-mimpinya sehingga tidak kalah dengan anak-anak di kota. Program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor menjadi mitra dan penyemangat, menginspirasi dan membuat AMEC terus bergerak. Meski terpinggir di desa, kami tetap bagian dari negara ini dan pendidikan adalah nadi kami. Kami akan terus berjuang dari desa untuk Indonesia. ***
Komentar
Posting Komentar