Oleh Salsabila Sogo
Nona
Salsa itu panggilan akrab untuk saya yang berasal dari desa Batu,
kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor. Setelah ayah meninggal pada tahun
2014, mama menemukan ayah sambung bagi kami. Kami kemudian pindah ke kota
Kalabahi, tepatnya di desa Lendola. Saya telah menyelesaikan
studi di program Matematika pada tahun 2019 di Universitas
Tribuana Kalabahi. Sebagai anak muda asli Alor saya tidak malu
kuliah di daerah sendiri, bahkan saya memiliki motivasi tersendiri
dalam hidup saya. Bagi saya kesuksesan seseorang bukan ditentukan di universitas mana ia belajar,
tapi kesuksesan itu ditentukan dari diri sendiri dan
bagaimana berjuang untuk mewujudkannya. Ketika mahasiswa, saya aktif di berbagai
organisasi, sehingga selesai kuliah saya tetap punya kegiatan positif dan
magang di kantor, juga sebagai pemerhati perempuan dan anak, dan aktif dalam penanganan
kasus kekerasan seksual di kabupaten Alor.
Sebagai
orang muda yang suka berpetualang dan selalu ingin tahu hal yang baru, saya
berinteraksi aktif dengan banyak orang, lembaga dan komunitas. Suatu hari saya
diperkenalkan oleh seorang teman untuk mengikuti Journey to Munaseli pada bulan November 2020. Journey to Munaseli ini diprakarsai
oleh Program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor yang dikoordinir oleh Petrus
Maure, S.Kom untuk mengenali potensi desa, sumber daya alam dan budaya di desa tersebut dan
bagaimana mengembangkan dan mendapat manfaatnya.
Melalui kegiatan Journey to Munaseli, saya dan peserta lainnya sangat menikmati perjalanan, selain mempelajari warisan sejarah kerajaan Munaseli, kami juga melihat langsung keberadaan alat-alat tradisional yang masih digunakan oleh masyarakat, seperti alat pengupas dan parut kelapa, alat penggiling jagung atau beras tradisional. Bahkan, kami juga mendapat kesempatan untuk mempraktekkan secara langsung membuat VCO (minyak kelapa murni). Betapa hal yang sederhana pun mampu menghadirkan wawasan baru bagi siapa pun jika dikemas dan dikelola dengan tepat seperti yang ada di Munaseli. Ini yang dilakukan pemerintah desa setempat melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dengan nama Manu Siri Koko, yang mengelola potensi desa dengan baik dan lengkap dengan promosi paket ekowisata.
Apa itu ekowisata? Ekowisata adalah suatu
bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (the ecotourism society, 1990). Sehingga
dengan paket ekowisata yang disiapkan oleh pemerintah Desa Munaseli, selain sebagai wadah untuk
untuk mempromosikan nilai-nilai budaya agar keasliannya tetap terjaga, juga
menambah pendapatan desa terlebih di tengah pandemi. Dalam hal ini saya teringat
pesan founding father bangsa ini,
Bung Karno, yaitu bahwa
bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai budayanya sendiri, dan
dengan Trisakti, yaitu berdaulat secara politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian
di bidang sosial budaya.
Dalam kegiatan ini saya mendapatkan wawasan dan
pencerahan baru sehingga semakin bersemangat untuk mengembangkan kampung
halaman. Harapan dari kegiatan ini adalah untuk membuka pikiran orang-orang muda
untuk tidak takut kembali ke kampung halaman dan membuat perubahan. Semenjak itu saya mulai lebih mengenal Stube HEMAT dengan
berbagai kegiatan positif,
termasuk kegiatan
Eksposur Stube HEMAT Yogyakarta ke pulau Alor, yang
melakukan kegiatan-kegiatan
di desa untuk mengasah keterampilan orang-orang
muda untuk terus berkarya membangun kampung halaman, baik di bidang pariwisata,
pertanian, dan bagi manusianya tanpa menghilangkan
nilai-nilai budaya setempat. Sungguh, saya belajar bahwa seorang
sarjana
yang luar biasa adalah sarjana yang kembali ke kampung halaman dan membuat perubahan
positif di tengah masyarakat.***
Komentar
Posting Komentar