Menyikapi Pandemi Covid-19 dengan Benar & Bijaksana

Bersama Mahasiswa Teologia-Universitas Tribuana, Kalabahi-Alor

Oleh : Petrus Maure, S.Kom.       

Bagaimana kesehatan tubuh dalam perspektif teologis, khususnya perspektif teologia Kristen? Tidak banyak dari kita bisa memahami dengan baik bahwa kesehatan tubuh sebagai bagian dari tanggung jawab memelihara bait Allah karena tubuh adalah bait Allah. “Kematian terjadi ketika jiwa tidak bisa bertahan dalam tubuh yang lemah atau mati raga. Jiwa hanya ada dalam tubuh yang kuat dan sehat.” Kalimat ini menjadi poin penting yang disampaikan oleh Eunike Molebila, S.Th., M.Th, dosen FKIP pendidikan Teologi pada kegiatan diskusi bersama teman-teman mahasiswa Prodi Teologi Universitas Tribuana Kalabahi (12/2/2022).

Ketidakpahaman ini nampak dalam keseharian kegiatan seperti pola makan yang tidak memenuhi kaidah kesehatan. Sering kali seseorang diperbudak oleh hawa nafsu, terutama dalam hal makanan. Makanan dan minuman yang merusak atau mendatangkan gangguan kesehatan apabila dikonsumsi berlebihan dan membuat ketergantungan, seperti coklat, kopi, atau teh. Makanan dan minuman ini terbukti secara ilmiah akan berbahaya untuk kesehatan manusia kalau dikonsumi sebagaimana di atas.

Dalam diskusi santai ini teman-teman mahasiswa saling berbagi pemahaman dan pengalaman hidup dalam menjaga tubuhnya agar tetap sehat. Ketika bercerita pengalaman Amos Manisa bercerita tentang kebiasaan hidupnya waktu SMP, “Saya sudah menjadi pemadat/merokok dan minuman keras yang dioplos dengan berbagai campuran obat dosis keras. Pertobatan terjadi ketika saya sakit berat sehingga saya memutuskan berhenti dari semua kebiasaaan buruk yang merusak kesehatan. Sekarang sudah masuk tahun kedua saya berhenti dari semua kebiasaan buruk itu”.

Berkaitan dengan konteks pandemi saat ini Eunike menyampaikan, “Pandemi Covid-19 bisa dikatakan sebagai sebuah peristiwa genosida yang dibuat oleh manusia saat ini dengan menggunakan teknologi.” Untuk bertahan hidup dibutuhkan orang Kristen dengan pemahaman lebih atas kekuatan hikmat dan pengetahuan. Jika ada pertanyaan dalam konteks sekarang ini, maka pertanyaannya pasti berkenaan dengan merebaknya Covid-19. Manakah yang lebih penting antara kesehatan secara rohani atau kesehatan secara jasmani? Bisakah keduanya dimiliki oleh orang Kristen untuk menyikapi Covid-19 ini? Bagi kita sebagai anak-anak Tuhan, kesehatan secara rohani pasti lebih penting daripada kesehatan secara lahiriah saja.

Pendemi Covid-19 ini telah mengubah perilaku manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan benda, manusia dengan politik, bahkan manusia dengan uang dan waktu. Apakah dengan adanya Covid-19 ini, ada perubahan sikap manusia terhadap Tuhan juga? Jawabannya: pasti ada. Perubahan yang positif, manusia semakin sadar akan dirinya hanya sebagai manusia biasa yang bisa mati setiap saat dan membuatnya mau semakin dekat dengan Tuhan sebagai pencipta dan penebusnya secara pribadi.

Diskusi ini diharapkan memberi pemahaman kritis kepada teman-teman mahasiswa dalam memahami apa yang dikatakan Alkitab tentang sakit penyakit dan bagaimana seharusnya sikap iman kita dalam merespons wabah ataupun pandemi Covid-19 dengan benar dan bijaksana. ***

Komentar