Oleh: Salsa Bila Sogo, S.Mat.
Topik besar
pelatihan Kesehatan dalam Program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor ini adalah kesehatan
reproduksi yang disampaikan oleh seorang aktivis perempuan dari Kupang, founder Tengga NTT,
pengurus forum Penanganan Resiko Bencana Provinsi NTT, bernama Mariana Yunita H Opat, yang
biasa disapa Ka Tata. Tiga materi yang
dibawakan mencakup konsep Gender, Kesehatan Reproduksi dan Kekerasan Seksual (05/06/2022).
Diawali dengan pohon harapan, setiap peserta menempel 2 kertas, yang pertama pada bagian akar yang berisi kontribusi apa yang akan diberikan selama sesi berlangsung seperti pikiran, pertanyaan, informasi baru, dll. Pada bagian daun ditempelkan harapan peserta setelah menerima materi. Untuk mencapai daun ada sebuah harapan yang harus dilewati melalui batang seperti misalkan dengan komitmen, yaitu selama sesi tidak boleh merokok, tidak boleh tidur saat kegiatan, tidak bermain HP, tidak ribut, boleh ijin ke toilet dll, yang menjadi komitmen bersama menciptakan situasi yang kondusif.
Diawali dengan
pemahaman Gender, penyampaian materi dimulai dengan
penjelasan ciri-ciri, sifat atau fungsi perempuan dan laki-laki. Seks dipahami sebagai jenis
kelamin, karakter biologis, seperti laki-laki memiliki penis dan jakun, perempuan memiliki
vagina dan payudara, dan hal itu dapat
diubah melalui tindakan medis. Gender dipahami sebagai peran
karakter, tanggung jawab dan
wewenang yang diberikan kepada suatu jenis kelamin tertentu yang ditentukan secara
social-budaya. Contohnya seperti, laki-laki adalah kepala keluarga, bertugas mencari uang, sementara
perempuan bertugas
di rumah, memasak dan pekerjaan domestik lainnya.
Tugas atau pun tanggung jawab yang
sangat dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya tersebut bisa
diubah dan saling digantikan seperti
memasak,
mencuci
pakaian, menjaga
anak, bisa
dikerjakan
oleh laki-laki. Persoalan gender
bisa mencakup ekspektasi gender (harapan masyarakat atas suatu jenis kelamin
tertentu), misal di Alor, perempuan membawa
beban banyak saat pulang dan laki-laki hanya membawa parang atau busur panah, atau iklan yang
menunjukkan perempuan untuk iklan
penyedap rasa, sabun cuci
pakaian, perawatan wajah, sementara laki-laki
iklan obat kuat atau rokok. Iklan-iklan semacam ini turut
melanggengkan persoalan gender. Narasumber menyampaikan bahwa budaya, adat istiadat, media,
pendidikan, agama, negara bisa menjadi agen-agen
yang melanggengkan persoalan gender.
Menjadi sebuah
pilihan bagi setiap peserta, bersediakah menjadi agen-agen perubahan dengan
menyampaikan pemahaman yang benar mengenai gender, ataukah akan menjadi
agen-agen yang melanggengkan persoalan gender sehingga cita-cita kesetaraan
mencapai kemajuan bersama akan semakin tertatih, tentu saja tidak bukan? ***
Komentar
Posting Komentar