Program Kesehatan (3): Laki-Laki Baru Dan Perempuan Kritis

Oleh
: Salsa Bila Sogo, S.Mat.          

Pada kesempatan ini Suara Perempuan Alor atau disingkat Super Alor mendapat kesempatan saling berbagi dengan peserta kegiatan. Suara Perempuan Alor merupakan salah satu LSM yang konsen dalam pendampingan terhadap korban kasus kekerasan. Super Alor yang digagas Desember 2021, telah menerima 3 pengaduan kasus kekerasan. Pemateri adalah sekretaris Super Alor, Mariam Lanmay, S.Mat, yang menyampaikan perjalanan Super Alor. Penggagas awal Super Alor adalah CD Bethesda, Gamki, Dosen Untrib Kalabahi, Sanggar Suara Perempuan Soe, Organisasi intra dan ekstra kampus.

Materi yang dibawakan pada pelatihan kali ini adalah kekerasan dalam pacaran. Pacaran secara sederhana dimaknai sebagai proses perkenalan antara dua individu yakni laki-laki dan perempuan yang saling mencintai sebelum terikat dalam pernikahan. Ternyata di dalam proses pacaran sering terjadi kekerasan. Kekerasan dalam pacaran merupakan segala bentuk kekerasan yang bisa berupa kekerasan secara fisik, verbal maupun seksual.

Kekerasan fisik berupa pukulan, kekerasan verbal berupa ucapan kalimat yang kotor atau makian kepada pasangan, kemudian, kekerasan finansial seperti memanfaatkan keuangan pasangan untuk foya-foya, kekerasan psikis berupa ancaman dan intimidasi, dan yang terakhir adalah kekerasan seksual. Faktor pendorong terjadinya kekerasan dalam pacaran adalah pengertian yang salah tentang pacaran, mitos bahwa laki-laki mempunyai dorongan seks lebih besar sehingga perasaan cinta harus dibuktikan dengan hubungan seks, dan upaya-upaya untuk mengendalikan perempuan.

Berikut adalah cara menghindari kekerasan dalam pacaran yaitu berani berkata tidak saat orang lain hendak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun kepada kita. Hargai tubuh kita karena kita punya kuasa atas tubuh kita, tekankan makna pacaran yang sehat, dan menjadi diri kita sendiri. Pacaran seharusnya menjadi masa yang indah, kalo menjadi masa yang kelam itu namanya penjajahan. Kalau saat pacaran pasangan sudah berani main pukul dan maki, lebih baik dipikirkan kembali untuk berpisah. Tidak ada cinta dalam kekerasan, dan tidak ada kekerasan dalam cinta. Kekerasan dalam pacaran adalah bibit kekerasan dalam rumah tangga dan pernikahan bukan lembaga rehabilitasi bagi pelaku kekerasan.

Pemateri menghimbau kepada peserta menjalin pacaran secara sehat dengan menjadi laki-laki baru dan perempuan kritis. Laki-laki baru adalah laki-laki yang tidak memakai pemikiran lama, yang menganggap dirinya superior, tetapi memakai perasaan dan logika dalam bertindak, yang melihat perempuan sebagai manusia yang sama seperti mereka, karakternya tidak pakai kekerasan dan melihat perempuan bukan sebagai objek seksual. Terus perempuan kritis itu harus mandiri, tahu kelebihan dan kekurangan diri sendiri, mampu mengutarakan pendapat dan terus belajar, dengan demikian akan terjalin relasi pacaran yang setara, saling melindungi dan mendukung, memberi kebebasan kepada pasangan dan saling percaya, saling mengisi dan melengkapi dengan hal-hal yang positif. ***


Komentar