Kaum Muda Memahami Potensi Desa dan Pengembangannya: Masalah Kesehatan

Oleh : Petrus Maure, S.Kom.         

Untuk mengetahui dan memahami potensi desa, Program Multiplikasi Stube HEMAT di Alor mengadakan kegiatan camp 2 hari di TSAP Sebanjar (4-5/11/2022). Kegiatan ini mengangkat tiga poin materi yaitu: 1) Pemetaan Potensi Desa di Alor, 2) Pemetaan potensi dengan pendekatan Asset Based Community Development, dan 3) Pemetaan potensi desa berkelanjutan berbasis bahari.

Tenaga ahli pendamping desa kabupaten Alor, Makris Mau menjadi narasumber di hari pertama dengan menggambarkan kondisi kesejahteraan masyarakat desa di kabupaten Alor, “Dalam satu desa masih ada 1-5 kepala keluarga kategori miskin. Hal ini berpengaruh pada dinamika pembangunan sumber daya manusia desa. Perlu diketahui bahwa ada 2 jenis kemiskinan yaitu kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural terjadi akibat kebijakan pembangunan pemerintahan yang tidak berpihak kepada masyarakat. Sementara kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang diwariskan oleh kehidupan keluarga turun-temurun.” Lebih lanjut Makris Mau menyampaikan. “Kita boleh miskin harta, tapi tidak boleh miskin kinerja.”

Foto: Sesi Makris Mau (4/11/2022)

Miskin kinerja yang dimaksud adalah soal miskin cara berpikir, etos kerja, komunikasi, tanggung jawab dan kerjasama. Berbicara persoalan desa yang saat ini menjadi fokus adalah bagaimana pemerataan akses pendidikan dan kesehatan. Hal yang perlu direnungkan bersama di kabupaten Alor, meskipun banyak yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan tetapi tidak bersedia ditugaskan di Posyandu atau Polindes desa. Akibatnya pemerintah tidak mampu menyerap kerja formal, dan banyak tenaga kesehatan menjadi tenaga latihan di rumah sakit dan Puskesmas dengan honor yang sangat rendah, sekitar dua ratusan ribu rupiah per bulan, padahal kuliah kesehatan biayanya sangat mahal.

Narasumber menceritakan pengalaman saat ke rumah sakit di Alor, karena banyaknya tenaga kesehatan, 1 pasien bisa ditangani 6 tenaga kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat yang rendah berpotensi menyumbangkan indeks pembangunan manusia yang rendah. Narasumber mengajak para mahasiswa berpikir jauh dengan keluar dari teks yang digeluti di kampus karena belajar di lingkungan tidak kalah lebih penting.

Kegiatan dari Stube HEMAT seperti ini harus sering diikuti, diskusi-diskusi yang dilakukan mengasah daya kritis mahasiswa. Mengasah pengetahuan dengan teks books itu penting, tetapi menguji kepekaan di masyarakat itu jauh lebih penting, karena tidak semua orang peduli terhadap kehidupan masyarakat di desa. ***


Komentar